Hasil Survei Pilpres yang Ngeri-ngeri Sedap

Jumat, 29 Desember 2023 14:00 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Publikasi hasil survei mulai mengkhawatirkan elite partai, yang di satu sisi tidak memercayai sepenuhnya hasil survei lembaga swasta, namun mencemaskan pengaruhnya terhadap masyarakat umum. Pertempuran psikologis lewat publikasi hasil survei memang tak terhindarkan. Ini sudah menjurus pada permainan persepsi ketimbang publikasi objektif hasil survei.

Perjalanan menuju pemungutan suara pemilihan presiden semakin hangat oleh publikasi hasil survei. Lembaga survei silih berganti mengumumkan peringkat keterpilihan tiga pasang capres-cawapres. Kehangatan publikasi hasil survei ini rupanya semakin mengusik elite dan partai politik mengingat waktu pemungutan suara semakin dekat. Boleh jadi, publikasi ini mulai menggoyang ketenangan elite partai, bahkan mungkin mulai menimbulkan kepanikan di sebagian elite.

Sejauh mana pengaruh publikasi hasil survei tersebut terhadap masyarakat hingga kini belum ada riset konkret yang mengkaji soal ini. Namun, boleh jadi, hasil-hasil survei itu menjadi pertimbangan bagi sebagian kelompok masyarakat untuk menentukan pilihan mereka nanti di bilik suara. Padahal, hasil survei dari waktu ke waktu dapat berubah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian warga masyarakat yang tidak memiliki literasi yang cukup memadai mengenai survei mungkin akan cenderung mengikuti arus besar yang tergambar dalam hasil survei. Contohnya, bila sebuah survei menyebutkan bahwa pasangan capres-cawapres tertentu unggul, ada faktor yang membuat sebagian warga masyarakat ikut saja pilihan tersebut. Mereka enggan untuk memikirkan lebih jauh misalnya apakah survei itu dilakukan oleh lembaga yang integritasnya sangat baik atau oleh lembaga yang memiliki konflik kepentingan karena sekaligus menjadi konsultan politik pasangan capres-cawapres maupun konsultan partai politik.

Hasil survei yang tidak mengunggulkan pasangan capres-cawapres tertentu boleh jadi membuat hati elite partai ketar-ketir khawatir. Elite partai berpikir bahwa hasil survei itu bukan saja memengaruhi persepsi warga masyarakat terhadap pasangan capres yang mereka usung dan dukung, tapi juga memengaruhi persepsi kader partai sendiri. Boleh jadi, elite khawatir publikasi hasil survei itu berpotensi menurunkan kepercayaan diri kader maupun kepercayaan mereka terhadap capres yang diusung partai.

Kasus membelotnya sebagian kader PPP mungkin juga didorong oleh situasi mutakhir yang digambarkan oleh berbagai hasil survei. Ada hasil survei yang menunjukkan bahwa PPP berpotensi tidak akan dapat mengirim wakilnya ke Senayan karena perolehan suara partai ini tidak akan mampu melewati angka parliamentary threshold sebesar 4,0%. Di samping itu, pasangan capres-cawapres yang didukung PPP juga tidak menempati urutan teratas dalam hasil survei capres. Mulai muncul krisis kepercayaan di sebagian kader, sehingga tiba-tiba saja mereka menyatakan dukungan kepada pasangan capres-cawapres lainnya.

Tak heran pula bila kemudian Sandiaga Uno segera mengeluarkan pernyataan bahwa ia yakin PPP akan lolos ke Gedung Parlemen. Sandi menyebutkan, keyakinan itu didasarkan atas data internal. Sandi mungkin tengah berupaya secepat mungkin memulihkan kepercayaan para kader dan pengurus terhadap pilihan arah dan dukungan partai yang mendukung pencalonan Ganjar-Mahfud.

PDI-P juga mulai menerbitkan hasil survei internal sebagai cara untuk mengimbangi publikasi hasil survei oleh lembaga survei swasta. Jika hasil survei tertentu sempat menempatkan Ganjar Pranowo—Mahfud Md di urutan ketiga setelah Prabowo Subianto—Gibran Rakabuming dan Anies Baswedan—Muhaimin Iskandar, tim pemenangan PDI-P langsung mengeluarkan hasil survei dan analisis internal yang menempatkan Ganjar-Mahfud di peringkat kedua. Bahkan, hasil analisis internal menunjukkan bahwa perolehan Ganjar-Mahfud meningkat, sedangkan Prabowo-Gibran turun, sedangkan Anies-Muhaimin stabil. Mahfud sendiri menyatakan tidak memercayai hasil survei yang diterbitkan CSIS, yang menempatkan pasangan Ganjar-Mahfud di urutan ketiga, di bawah Anies-Muhaimin.

Publikasi hasil survei rupanya memberi pengaruh tersendiri, bukan saja bagi sebagian masyarakat umum dikarenakan kurangnya literasi. Publikasi ini juga mulai mengkhawatirkan elite partai yang di satu sisi tidak memercayai sepenuhnya hasil survei lembaga swasta namun mencemaskan pengaruhnya terhadap masyarakat umum, dan karena itu berusaha menerbitkan hasil survei dan analisis sendiri. Upaya ini tampaknya dilakukan untuk menandingi pengaruh publikasi hasil survei swasta terhadap masyarakat maupun terhadap kader-kader partai sendiri. Elite partai tidak ingin hasil survei ini menggerus kepercayaan masyarakat maupun kepercayaan diri kader partai.

Pertempuran psikologis lewat publikasi hasil survei memang tak terhindarkan. Tekanan yang ditimbulkan oleh publikasi hasil survei mulai mencemaskan kader dan elite partai politik. Situasi ini mencerminkan permainan persepsi ketimbang publikasi objektif hasil survei. >>

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Catatan dari Palmerah

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Catatan dari Palmerah

Lihat semua